MODEL PENDEKATAN TGFU DALAM PBM PENJAS
Model pembelajaran “pendekatan taktik yaitu model pembelajaran yang sering diterapkan pada
permainan olahraga yang lebih menekankan kepada pemahaman taktik bermain” (Griffin, Oslin, & Mitchell, 1997 dan Metzler, 2000). Dari hasil
temuan pada disertasi Turner (1995: 151) menyatakan bahwa “pembelajaran permainan olahraga melalui pendekatan taktik dapat
membantu siswa dalam pengambilan keputusan taktik dan strategi ketika melakukan
permainan.” Begitu pula yang
dinyatakan oleh Thomas (1994) dalam disertasi Turner (1995: 151), bahwa “pembelajaran permainan dengan menggunakan
model pendekatan taktik merupakan metode yang efektif dalam pengambilan
keputusan dalam permainan olahraga, dan harus dijadikan sebagai tujuan utama
dalam pembelajaran permainan olahraga.”
Maka dari itu, permainan masuk sebagai komponen
penting dalam kurikulum penjas yang menurut penelitian
Werner, Thorpe & Bunker, 1996 (Pearson et. al., 2006) “sebaiknya 65% dalam pembelajaran penjas
lebih banyak dalam bentuk permainan.” Hasil risetnya Mandigo
& Holt (2004: 5) menjelaskan bahwa “lebih
dari 50% waktu yang disediakan dalam program pendidikan jasmani di Sekolah
Alberta lebih banyak diarahkan kepada pembelajaran permainan.”
Format permainan dari banyak program penjas di persekolahan dapat
membantu siswa dalam kebutuhan keterampilan, pengetahuan dan sikap pola hidup
aktif, gaya hidup sehat. Ketika siswa
belajar permainan, mereka (a) memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
memungkinkan untuk mengantisipasi pola-pola permainan, (b) penguasaan
keterampilan teknik dan taktik untuk merespons imajinatif dan kesesuaian, (c)
dapat merasakan pengalaman motivasi yang positif untuk memudahkan aktivitas
berbagai permainan.
Telah dijelaskan sebelumnya awal dikenalnya pendekatan taktis ini didasari
oleh temuan Bunker dan Thorpe di tahun 1982, melalui konsep Teaching Game
For Understanding (TGFU). Dalam
TGFU siswa yang belajar suatu permainan olahraga diarahkan kepada kesadaran
taktik bermain dan pemecahan masalah ketika aksi taktik dilakukan. Hal ini
dinyatakan pula dalam thesisnya Chouirnard (2007: 2) bahwa “TGFU di desain untuk difokuskan kepada
pengembangan tactical awareness
dan decision making dengan
bingkai kerja dari appropriate game atau bentuk game.” Dengan demikian ketika kita menerapkan model
pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan, maka konsep TGFU harus sudah
melekat dalam pemikiran seorang guru penjas.
Pola ini tergambar dalam rangkian urutan pembelajaran permainan dalam “bingkai TGFU yakni (1) game, (2) game
appreciation, (3) tactical awareness, (4) making decisions, (5) skill execution,
(6) performance” (Bunker dan Thrope,
1982).
Dalam tesisnya Chouinard (2007: 4 - 7) dijelaskan bahwa Griffin,
Mitchell, dan Oslin (1997) mengusulkan bahwa “dalam TGFU perlu dipertimbangkan kebutuhan akan pengetahuan dan
pemahaman taktis dari suatu permainan, namun banyak guru melarang penggunaan
model tersebut, terutama dalam hal pemberian materi permainan dan batasan
penjas.” Konsekuensinya, TGFU yang
original disederhanakan ke dalam tiga tingkatan pendekatan taktik (Tactical
Games Approach/TGA) yang difokuskan kepada tiga komponen dasar dalam pelajaran
penjas. Ketiga komponen tersebut adalah:
“(1) memodifikasi dan mempermudah
permainan, (2) mengembangkan kesadaran taktik dan memecahkan masalah melalui
pertanyaan, dan (3) mengembangkan keterampilan” (Griffin & Butler, 2005) “seperti
gerak individu dengan menggunakan bola dan tanpa bola” (Allison & Thorpe, 1997). Modifikasi permainan dirancang atau dikondisikan
kearah taktik dalam berbagai situasi permainan, seperti mempertahankan area
atau mengarahkan bola ke target.
Kondisi-kondisi permainan selalu terkait dengan aturan, cara penskoran,
dan tujuan dari permainan, serta memberikan struktur dan maksud dari permainan. “Pembelajaran
permainan melalui pendekatan taktik akan memperoleh kegembiraan, kegairahan dan
motivasi” (Mitchell et al., 2006).
Setelah mempelajari beberapa konsep TGFU yang dijelaskan
oleh beberapa ahli, dan didasarkan atas pendapat
Metzler dan Housner (2009: 9) pada BAB I, diketahui bahwa TGFU yang
dikembangkan di Inggris pada tahun 1980-an itu menurut Griffin, Mitchell dan
Oslin istilahnya adalah “Tactical Games Model (TGM).” Bahkan menurut
Metzler (2000):
Tactical Games
Model (TGM) sama dengan Teaching Game Approach (TGA) yang dalam implementasi
pembelajarannya cenderung mengacu kepada hubungan dan keseluruhan rencana
pembelajaran yang meliputi: (1) dasar-dasar teori, (2) pernyataan hasil
belajar, (3) keahlian pengetahuan guru, (4) mengembangkan penyesuaian dan
pengelompokan aktivitas belajar, (5) mengharapkan perilaku guru dan siswa, (6)
struktur tugas yang unik, (7) menilai hasil belajar, dan (8) memberikan arah
kepada kemampuan mengiplementasikan model itu sendiri.
TGM memberikan
minat belajar kepada siswa dalam rangka pengambangan keterampilan dan
pengetahuan taktik yang dibutuhkan untuk kompetensi penampilan bermain. “Penampilan
bermain meliputi membuat keputusan, mendukung permainan, penjagaan, kerjasama
tim, penyesuaian posisi dalam permainan, dan memastikan lingkungan cukup untuk
menempatkan posisinya dalam permainan” (Griffin, Mitchell & Oslin, 1997). Berangkat dari pendapat tersebut, maka
istilah dan makna TGFU pada intinya sama dengan TGM, atau sama dengan TGA atau
Pendekatan Taktik.
Dalam tulisan
Cushion (2002) menjelaskan bahwa “kunci
utama pendekatan pembelajaran dalam olahraga permainan ada pada pendekatan
taktik atau Game sense.” Pendekatan
ini menekankan kepada “apresiasi
permainan dan kesadaran taktis sebagai dasar untuk membuat keputusan dalam
permainan, dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan” (Brooker et al., 2001). “Pendekatan taktik bukan merupakan konsep
baru dan sudah menjadi bahan riset di tahun 1980-an” (Kirk & McPhail, 2002). “Beberapa
riset telah memberikan pandangannya terhadap jawaban dari tantangan pendekatan
teknik” (Rink, 1996; Turner & Martiniek, 1992, 1999), dan “lebih berkonsentrasi terhadap hasil belajar
koginif-psikomotor” (Holt, Williams, Strean, & Bengoechea, 2002).
Rangkuman O’Connor (2006: 9 – 13) yang bersumber dari beberapa pendapat
ahli, menjelaskan bahwa “pendekatan
taktik merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk mengantarkan anak
kepada situasi awal permainan dalam proses belajar untuk memperoleh pengetahuan
(deklaratif dan prosedural) melalui kesempatan dalam pengambilan keputusan
taktik.” Dalam pendekatan taktik
tidak menyangka bahwa “kesadaran taktik
atau strategi dalam permainan harus
dikembangkan ke arah penguasaan keterampilan bermain” (Werner, Thorpe, dan
Bunker, 1996). Tugas guru pendidikan jasmani untuk mengimplementasikan
permainan kepada siswa melalui kondisi dan situasi pemahaman terhadap permainan
itu sendiri, dan bagaimana membelajarkan siswa cara membuat keputusan taktik
berdasarkan kondisi-kondisi permainan ketika itu. Keterampilan teknik,
peraturan dan peralatan dimodifikasi agar pemain dapat berkonsentrasi terhadap
pengembangan kesadaran taktik.
Dyson, Griffin, dan Hastie (2004: 231) berpendapat,
terdapat tiga asumsi utama dalam pembelajaran permainan dengan pendekatan
taktik, yaitu:
(1) permainan dimodifikasi secara representatif untuk memudahkan dalam
bentuk dan kondisi permainan (seperti perubahan dalam peraturan permainan) yang
mengarah kepada permasalahan taktis yang ditemukan dalam permainan; (2)
permainan memberikan kemudahan dalam penilaian; dan (3) permainan secara umum
memiliki permasalahan taktik, bentuk dasarnya meliputi system klasifikasi dan
struktur model taktik bermain. Sistem klasifikasinya
meliputi empat kategori utama, yaitu (a) permainan target, (b) permainan
berlari/lapangan, (c) permainan net, dan (d) permainan invasi.
Physical
and Health Education Journal (Autumn 2007) dalam Group 3 From LTCWiki
menjelaskan bahwa implikasi mengajar permainan melalui pendekatan taktik
adalah:
·
Mengembangkan
pemahaman kritis dan tanggapan yang efektif terhadap realita dan dinamika dari
kompleksitas situasi dan pengembangan suatu permainan.
·
Memiliki karakter
pedagogi dalam membangun situasi belajar.
·
Menggambarkan cakupan
yang luas dalam strategi pembelajaran (seperti, berpikir kritis, komunikasi
antar pribadi, analisi reflektif, penentuan sasaran, belajar kerjasama,
pengalaman berpartisipasi dan pemecahan masalah).
·
Jika pendekatan
taktik ini merupakan program penjas yang baru, maka rencana aktivitas permainan
yang realistis dapat ditata secara bersama-sama.
·
Guru penjas perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasakan berbagai posisi dalam setiap
pembelajaran permainan agar mereka mampu untuk memahami perannya dalam
tim. Melalui pendekatan taktik secara
menyeluruh dapat belajar menempatkan diri dalam semua posisi dan mengembangkan
keterampilan bermain yang tepat dalam timnya sesuai dengan aturan dari
permainan itu sendiri.
·
Aktivitas dalam
bentuk pendekatan taktik dapat dijadikan sebagai strategi dalam pembelajaran
atau pelatihan untuk direncanakan sebagai strategi aktivitas permainan di masa
yang akan datang.
Menurut
Alison & Thorpe (1997: 9 - 13) pendekatan taktik sangat efektif dan
berpengaruh dalam metode mengajar. Hasil risetnya tentang perbandingan
pendekatan pembelajaran antara pendekatan teknik dengan pendekatan taktik dalam
permainan hoki dan bola basket, dijelaskan sebagai berikut:
Siswa yang memiliki
kemampuan motorik rendah memiliki permasalahan teknik dalam pelaksanaan
pembelajaran teknik karena situasi pembelajarannya kurang memberikan
pengertian, rendah motivasi, kurang bergairah, dan konsep diri yang rendah
pula. Namun pembelajaran permainan hoki
dan bola basket melalui pendekatan taktik memberikan signifikansi yang tinggi
terhadap kegairahan dan usaha belajar siswa.
Disamping itu, pendekatan taktik memberikan peningkatan dalam penguasaan
teknik, pengetahuan taktik, dan pemahaman dalam bermain.
Begitu pula
yang dilakukan oleh Turner,
Allison, dan Pissanos (2001) dalam tulisannya Mandigo & Holt (2004)
menghasilkan bahwa ”melalui pendekatan
taktik bermanfaat dalam mengajar permainan hoki untuk siswa setingkat SMP atau
usia antara 11 – 13 tahun. Terbukti, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
taktik akan memperoleh kecakapan dalam hal taktik dan teknik bermain hoki.”
Khususnya
dalam permainan bolavoli, melalui model pendekatan taktik siswa diarahkan
kepada pola-pola pembelajaran permainan taktik ketika bermain bolavoli. ”Proses
mempelajari dan penguasaan teknik bermain bolavoli dilakukan dengan penerapan
berbagai pola permainan melalui berbagai formasi dan modifikasi” (Griffin, Oslin, & Mitchell, 1997 dan
Metzler, 2000).
Artinya, dalam pendekatan taktis
permainan diorganisir ke arah aktivitas yang menggembirakan dimana masalah
taktis dan strategis disampaikan dalam bentuk modifikasi permainan untuk
merangsang siswa kepada kemampuan membuat keputusan.
MODEL PENDEKATAN TGFU DALAM PBM PENJAS
Reviewed by Magister Olahraga
on
19.19.00
Rating:
![MODEL PENDEKATAN TGFU DALAM PBM PENJAS](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidsICR-yuyXnJi0b_S7r43O5rozfnzOjDt0ZYpOQr0Q_pzeLylXzGVE5p-VgRJU1wQnCM8rj69znO1pP5MwMV9efC0V5-P0fGpAOcmfwjGB88FnEmv_ii7oB-Ge78PWljSPau_omUr6Bdq/s72-c/20160223_133318.jpg)
selamat pagi, saya danta mahasiswa pjkr upi. saya sedang menyusun skrpsi mengenai tgfu dalam pembelajaran bola besar. saya ingin meminta saran dan masukan mengenai bentuk dasar model atau permainan yang baik utuk diterapka dpada tingkat SMP. Terimakasih
BalasHapus