4 (EMPAT) LANDASAN TEORI DALAM MENUNJANG PBM PENJAS



1.1.1       Landasan Filosofis Pendidikan Jasmani

Dualisme dan monoisme tubuh.  Pembahasan secara filosofis pendidikan jasmani dan olahraga, di dekati dari konsep dualisme antara tubuh dengan pikiran, yang kemudian dikembangkan menjadi konsep monoiesme.  Menurut paham dualisme antara tubuh dan pikiran sangat jelas berbeda. Tubuh hanyalah suatu benda kompleks yang realistik sementara pikiran berada pada pikiran pada dimensi abstrak dan bersifat mental. Pikiran tidak bergantung pada material tubuh, karena itu ketika tubuh tidak berfungsi lagi pikiran dapat terus eksis secara independen.
Menurut tokoh filosofis, Descartes (1960; dalam Krectmer, 2005;49) tubuh yag berada di alam nyata memiliki kualitas yang bervariasi seperti bentuk, warna kulit, tinggi badan dan struktur molekul, sementara pikiran berada pada alam sebaliknya dan tidak memiliki bentuk, warna, tinggi badan dan struktur molekul. Sebagai contoh, rasa kesenangan yang muncul ketika melakukan senam aerobik adalah aktivitas pikiran berupa perubahan elektro-kimia di dalam saluran cranium otak.
Pendekatan dualisme ini mencirikan bahwa tubuh berhubungan dengan pikiran. Dalam upaya memahami gerak untuk dapat meningkatkan penampilannya, dapat didekati dari dua sisi yang berbeda, yakni : (1) secara fisik dapat dikaji dari sistem faal tubuh, (2) dari rasa takut, berani, motivasi dan personality.  Menurut Krecthmer (2005;50) dualisme sangat terkait antara pikiran dan praktik, seperti dikatakan Descartes bahwa unsur fisik berbeda dengan unsur pikiran. Fisik berada dalam ruang, sebuah bola basket berada dalam ruangan. Tubuh dapat diukur dan diperlukan sebagaimana objek benda lain, yang patuh tunduk pada aturan hukum alam. Tubuh adalah mesin gweraksebagaimana aksi gerak dapat dijelaskan melalui prinsip prinsip mekanika, seperti tuas/ungkit, daya, gaya, kecepatan sudut,dan sebagainya. Sementara itu kaum dualisme juga memandang bahwa pikiran adalah sisi subjektif kehidupan. Pikiran tidak sama dengan jasat fisik. Gagasan yang dihasilkan dari pikiran tidak memiliki ukuran dan bentuk seperti halnya tubuh. Pikiran tidak perlu patuh pada aturan alam, tetapi bisa dikendalikan oleh aturan-aturan logika, koherensi, dan kaum unsur-unsur berpikir lainnya. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa dualisme menyakini adanya interaksi antara tubuh dan pikiran.  Tubuh mempengaruhi pikiran dan pikiran mempengaruhi tubuh.  Meskipun alasan mengapa ada hubungan antara dimensi utuh fisikal dengan non-fisikal sukar dijelaskan, tetapi kaum dualis mengatahui dari pengalaman pribadi dan penelitian ilmiah bahwa tubuh dan pikiran mempengaruhi satu sama lain. Tubuh tidak dapat bergerak sendiri karena hanya sebuah mesin gerak, menunggu perintah dari pikiran. Tubuh dan pikiran hubungan simetris karena tubuh bergantung kepada pikiran.
Berkaitan dengan hal itu, diperlukan intensitas gerak yang dilakukan. Otak dan gerak memang saling mempengaruhi. Pada perkerjaan latihan fisik yang terlalu berat, melebihi kapasitas fisik itu sendiri. Contoh M. Ali petinju legendaris menjelang masa tuanya terkena gangguan motor control sensoris di jaringan otaknya disebut penyakit Parkinson.  Menurut Freberg, LA (2006) Discovering Biological Psychology. Boston Hougton Miffin Company….Parkinson adalah jenis penyakit degeratif ciri-cirinya adalah kesukaran dalam bergerak, tremor dan kebekuan ekspresi wajah. Freberg menjelaskan bahwa penyakit ini nampak ketika neuron dopaminergic dari substantia nigra di batang otak mulai menurun fungsinya. Substantia nigra membentuk hubungan erat dengan basal ganglia dalam cerebral hemisfer. Hasil akhir dari degenerasi dalam substantia nigra adalah kurangnya aktivitas dopaminergic pada basal ganglia. Karena basal ganglia sangat berpengaruh dalam menghasilkan gerakan volunter (voluntary movement) maka tidaklah mengherankan orang yang mengalami Parkinson sangat sukar dalam mengendalikan gerakan volunter.
Namun demikian jalinan hubungan antara aktivitas jasmani dengan penampilan dan fungsi otak menumbuhkan bentuk pengetahuan baru dalam pandangan psikoanalisis pengetahuan diri (pikiran) dan pemahaman filosofi gerak insani dalam konteks kecerdasan jasmani.  Aktivitas jasmani (olahraga) dalam psychoanalysis pengetahuan diri merupakan satu bukti keterkaitan domain kognitif dalam kegiatan olahraga. Olahraga bisa dianggap sebagai penjelmaan baru dari aktivitas fisik, yang kemudian lahir istilah baru yaitu ilmu keolahragaan, perlu pula dianalisis secara filsafat sejauhmana bisa diketahui diri individu dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan fitrah individu berkualitas.
Pendidikan jasmani dan olahraga dalam konteks pengetahuan diri juga mengarah pada diskusi Socrates bahwa “ketahuilah apa yang saya tahu dan apa yang saya tidak tahu” atau kadang-kadang diartikan sebagai kapabilitas diri dan batasan diri (Hyland, 1990:71).
Suatu ungkapan pelatih yang sering terlontar saat menasehati atletnya adalah bermainlah apa yang menjadi kelebihan diri dan mengetahui apa yang menyebabkan keterbatasan diri, untuk kemudian bermain dalam batas-batas tersebut. Meskipun sukar mengetahui batas-batas kemampuan dan kelebihan diri sendiri. Bermainlah dalam batas-batas kemampuan diri mengisyaratkan bahwa bermain jangan melebihi kapasitas diri, tetapi juga bermainlah sampai mencapai keterbatasan diri. Mengetahui apa yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan adalah jenis pengetahuan diri, yang dalam kaidah filsafat Socrates disebut pengetahuan diri.

1.1.2        Landasan Biologis Peristiwa Gerak Dalam Aktivitas Pendidikan Jasmani.

Ketika penampilan gerak secara luar biasa, istimewa, menakjubkan dapat disuguhkan, sebagaimana yang pernah di lakukan Lim Swie King dengan jump smashnya, Susi Susanti dengan  drop shotnya menukik tajam atau Taufik Hidayat dengan backhand smash andalannya merupakan peristiwa gerak yang sangat luar biasa. Pertanyaannya mengapa mereka bisa melakukan itu?. Bagaimana proses geraknya?. Untuk keperluan itu, disajikan proses biologis kontraksi otot yang dikendalikan oleh sistem syaraf. Jenis otot. Otot membentuk jaringan tubuh manusia yang tugasnya bertanggung jawab terhadap semua gerakan tubuh manusia. Ada dua jenis otot, yakni : (1) otot halus (smooth muscle), (2) otot lurik (striated muscle) dinamakan otot lurik karena terbagi dua, yakni otot rangka skeletal muscle dan otot jantung cardiac muscle Freberg (2006).  Otot halus ditemukan di sistem pencernaan, pembuluh darah arteri dan sistem reproduksi. Otor jantung terdiri dari jaringan serabut otot disekitar jantung sedangkan otot rangka menempel pada tulang fungsinya menggerakkan manusia.
Memahami peristiwa gerak yang terjadi, diperlukan konsep teori biologis tentang gerak manusia. Untuk keperluan itu, proses biologis kontraksi otot dikendalikan oleh sistem syaraf.  Otot dapat berkontraksi disebabkan oleh pergerakan filament tebal myosin pada filament tipis actin.  Manakala filament bergeser satu sama lain, maka garis Z bergerak memendek dan sarcomer pun memendek, maka terjadilah kontraksi otot dan terjadinya gerakan.  Awal terjadinya gerakan dapat dipahami melalui konsep aktivitas gerak dalam dua area fungsi, yakni pre frontal cortex dan parietal lobes.  Kedua area ini merupakan bagian otak yang berfungsi untuk mewujudkan suatu gerak, dan menyusun urutan gerak sebelum gerakan itu terjadi. Selanjutnya  pre frontal cortex dan parietal lobes ditindak lanjuti oleh supplementary motor area dan premotor area yang dalam tugasnya bertanggung jawab mengelola gerakan. Fungsi kedua area motor tersebut terutama memunculkan gerakan-gerakan yang kompleks.  Secara biologis peristiwa terjadi akibat perubahan sistem kimia dan elektrik di dalam reseptor-reseptor otot. Reseptor otot tersebut membentuk jaringan sistem untuk dapat memunculkan peristiwa gerak. 

1.1.3       Landasan Filosofis Gerak Dalam Aktivitas Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Di dalam pengertian pendidikan jasmani berdimensi filosofis gerak insani mengantarkan individu berada pada tingkat kualitas hidup yang lebih baik lagi, yakni memiliki tingkat kesejahteraan paripurna. Gerak insani melibatkan semua sistem tubuh, seperti sistem saraf, otot, tulang.  Gerak insani terkait dengan prinsip mekanika yang diterapkan dalam tubuh, misalnya gravitasi dan pengaruh daya yang diterapkan.  Atas dasar paparan sebelumnya, penulis mencoba merumuskan gagasan baru sebagai bahan yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai sajian bahan penulisan selanjutnya. Pembahasan dimulai dari pengertian pendidikan jasmani dalam perspektif filosofis gerak insani.
Filosofi pendidikan jasmani dan olahraga menghantarkan penulis betapa pentingnya pemahaman kecerdasan jasmani berbeda dengan motor educability atau bodily-kinestetics intelliegnce.   Kecerdasan jasmani dimaksud sangat komprehensif mencakup kemampuan nalar untuk melakukan gerak jasmani (olahraga) secara mudah dan efesien, tetapi pada saat yang bersamaan dapat mengambil nilai refleksi dari kegiatan yang dilakukannya.  Kecerdasan jasmani mengkombinasikan antara kemampuan mental (intelektual), emosi dan spritualnya secara serampak dan tidak ada bagian dimensi utuh manusia yang dilupakan. Penelusuran psikoanalisis pengetahuan dalam konteks olahraga mengantarkan pemahaman kecerdasan jasmani dalam dimensi psikomotorik, kognitif dan afektif. Dalam psikomotorik terkandung muatan pilihan gerak yang di intervensi oleh status sosial, jenis olahraga. Dimensi koqnitif berupa pengetahuan bio-fisikal tubuh dalam upaya mendapatkan status jasmani yang optimal.
Dimensi affektif berupa suasana hati (mood) manakala keterikatan diri dengan olahraga sangat dipengarhui oleh salera gerak, kesempatan gerak, kebiasaan gerak, pola asuh keluarga serta keadaan fisik. Beberapa dimensi ini sering berinteraksi membentuk suatu pemahaman baru dalam penyelenggerakan pendidikan jasmani di sekolah dan di luar sekolah. Pertanyaan yang dapat diajukan bagaimanakah pola manajemen pendidikan jasmani dapat memfasilitasi kebutuhan gerak?.

1.1.4       Landasan Neuro-Fisiologis Gerak

Secara fisiologis, landasan terjadinya gerak di awali dari niat sebagai pusat pengambil inisiatif yang ada pada Corpus Striatum.  Corpus Striatum berfungsi sebagai pusat sistem extrapyramidal, selanjutnya niat dikomunikasikan kepusat memori dan emosi untuk menentukan pola gerak.  Pesan (informasi) yang diterima oleh saraf pusat, kemudian direlay kedaerah bagian otak yang menyusun hirarki tingkat menengah.  Secara anatomi, memori dan emosi terletak pada area motor suplementer dan cortex asosiasi. Semua struktur ini berkorelasi dengan bagian otak lain. Secara fisiologis, rencana gerak diterima dari pengendali gerak yang terletak dibagian cortex cerebri  dan cerebellum, nuclei, subcortical dan batang otak. Neuron-neorun ini menerima impuls komando bersamaan menerima impuls-impuls afferent yang berasal dari reseptor-reseptor otot, tendo, sendi, kulit, alat vestibular dan mata, yang memberitakan tentang posisi awal tubuh yang akan digerakkan.
Informasi  aferen ini di integrasikan kemudian disusun menjadi program gerak, kemudian disalurkan melalui jalur  desenden kebatang otak dan medulla spinalis.  Pertanyaan apa yang mengatur gerak berjalan?. Gerak berjalan diatur oleh medulla spinalis pada tingkat neuron motoris. Di tingkat medulla spinalis terpadat jaringan interneuron yang berfungsi sebagai pusat pembangkit gerak involunter berkoordinasi dengan impuls aferen yang mengatur otot-otot lengan, bahu, tubuh dan tungkai. Gerak volunter adalah jenis gerak sadar dan kewaspadaan, sedangkan gerak involunter adalah gerak yang tidak disadari atau disebut gerak refleks. Ciri-ciri gerak volunter : (1) gerak sadar dan waspada mengenai apa yang dikerjakan, (2) perhatian dicurahkan pada gerak yang dilakukan.

4 (EMPAT) LANDASAN TEORI DALAM MENUNJANG PBM PENJAS 4 (EMPAT) LANDASAN TEORI DALAM MENUNJANG PBM PENJAS Reviewed by Magister Olahraga on 18.55.00 Rating: 5

Tidak ada komentar